Film Horor 'Doti: Tumbal Ilmu Hitam': Menguak Misteri dari Tanah Sulawesi
EKSEMPLAR.COM - Industri perfilman nasional kembali menghadirkan karya bergenre horor melalui film berjudul "Doti: Tumbal Ilmu Hitam". Film ini menyajikan narasi yang menyoroti aspek mistis dari kebudayaan di Sulawesi, sebuah wilayah yang relatif jarang diangkat dalam produksi sinema Indonesia.
Produksi dan Pencapaian Awal
Film "Doti: Tumbal Ilmu Hitam" merupakan hasil kolaborasi antara rumah produksi Ruang Visual dan Dream Picture, keduanya berbasis di Makassar.
Penayangan perdana film ini dimulai pada tanggal 24 Juli 2025 di bioskop-bioskop. Dalam kurun waktu 13 hari setelah perilisannya, film tersebut berhasil mencatatkan lebih dari 63 ribu penonton. Angka ini merefleksikan penerimaan awal publik terhadap produksi yang berasal dari daerah.
"Doti itu ilmu hitam. Kalau di Jawa disebut santet atau teluh. Kalau di Sulawesi dan Indonesia Timur umumnya dikenal dengan Doti," jelas Bayu Pamungkas, sutradara film tersebut.
Konsep dan Inspirasi "Doti"
Istilah "Doti" dalam konteks film ini merujuk pada praktik ilmu hitam yang dikenal di wilayah Sulawesi dan Indonesia Timur. Konsep ini menjadi inti cerita yang diangkat dari sebuah peristiwa nyata yang terjadi di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, pada tahun 1999.
Kejadian tersebut melibatkan seorang tokoh agama yang meninggal dunia setelah difitnah sebagai praktisi ilmu hitam (Doti). Untuk menjaga otentisitas, proses pengambilan gambar film ini dilakukan di lokasi kejadian sebenarnya.
Pendekatan Sutradara dan Konteks Budaya
Sutradara Bayu Pamungkas dilaporkan melakukan observasi dan riset mendalam selama lebih dari satu tahun, termasuk kunjungan berulang ke Makassar dan Kabupaten Gowa.
Proses ini dilakukan dalam rangka penulisan skenario dan untuk mendapatkan izin dari tokoh-tokoh lokal terkait cerita yang akan diangkat.
Sebelumnya, Bayu Pamungkas juga dikenal melalui karyanya "De Toeng: Misteri Ayunan Nenek" yang rilis pada tahun 2021. Film tersebut mendapat apresiasi dari Menko PMK, Prof. Muhadjir Effendy, MAP, yang mengidentifikasi Bayu sebagai "sineas etnografi" karena kemampuannya dalam mengadaptasi budaya lokal ke layar lebar.
"Doti: Tumbal Ilmu Hitam" menawarkan perspektif baru dalam sinema horor nasional dengan menonjolkan kekayaan budaya dari luar latar Jawa yang dominan.**