Notification

×

Iklan

Iklan


Kisah Adi Pradita: Obsesi Berujung Teror Selama 10 Tahun

Selasa, 21 Mei 2024 | Mei 21, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-05-21T13:18:30Z

 

Kisah Adi Pradita Obsesi Berujung Teror Selama 10 Tahun

EKSEMPLAR.COM - Kisah Adi Pradita dan Nimas bermula saat keduanya masih duduk di bangku SMP di SMN 34 Surabaya. 


Adi, yang dikenal sebagai anak pendiam dan tidak memiliki teman, suatu hari menerima bantuan uang sebesar Rp 5 ribu dari Nimas. 


Tindakan sederhana ini ternyata meninggalkan kesan mendalam pada Adi dan memicu obsesinya terhadap Nimas selama bertahun-tahun.

Nimas menceritakan di media sosial X/Twitter bagaimana awal mula obsesinya Adi.


 Nimas ingat kejadian di mana ia memberikan uang kepada Adi untuk makan di kantin.


 "AKU CUMA KASIH KAMU UANG 5000 DI, KAMU KASIH AKU NERAKA 10 TAHUN," tulis Nimas di akun X-nya @runeh_.


Selama satu dekade, Adi terus meneror Nimas dengan harapan cintanya diterima. 


Nimas mengaku sudah beberapa kali mencoba berbicara dengan Adi untuk menyelesaikan masalah ini, namun tidak berhasil. 


Puncaknya, Nimas melabrak Adi di depan rumahnya, namun tetap tidak membuahkan hasil positif.


Setelah kisah ini viral, Adi akhirnya menyadari kesalahannya dan meminta maaf melalui akun X-nya @adiprpr81.


 "Ya Allah padahal ingin setia... Ternyata semua yang Adi lakukan jahat. Tidak bermaksud seperti itu. Maafkan Adi, Nimas. Sadar diri kok," tulisnya. 


Adi mengaku tidak pernah mendekati wanita lain karena hanya ingin mengejar cinta Nimas.


Dilansir dari Tribunnewsbogor, Adi kini telah berhasil menabung dan memiliki toko sandal online yang cukup sukses. 


Ia membagikan tangkapan layar toko onlinenya di e-commerce yang menunjukkan penghasilannya bisa mencapai Rp 43 juta per bulan. 


Namun, terlepas dari kesuksesan finansialnya, Adi mengaku masih merasakan kebingungan tentang bagaimana memperlakukan wanita karena ini adalah pengalaman pertamanya jatuh cinta.


Kisah Adi Pradita dan Nimas adalah cerminan dari bagaimana tindakan kecil dapat berujung pada konsekuensi yang besar. 


Penting bagi setiap individu untuk memahami batasan dan menghargai perasaan orang lain. 


Adi, yang pada awalnya mungkin hanya ingin menunjukkan rasa terima kasih, akhirnya terjebak dalam obsesinya sendiri yang merugikan dirinya dan Nimas. 


Permintaan maaf Adi adalah langkah awal yang baik, namun diperlukan usaha lebih lanjut untuk memahami dan memperbaiki kesalahan di masa lalu.


Kisah ini menjadi pelajaran bagi kita semua tentang pentingnya menghormati batas pribadi dan perasaan orang lain. 


Obsesi yang tidak sehat dapat berujung pada tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. 


Semoga dengan pengakuan dan permintaan maafnya, Adi dapat memulai lembaran baru dalam hidupnya dan Nimas bisa mendapatkan kedamaian yang selama ini terganggu.***